1. Perbedaan Kepentingan
2. Prasangka Diskriminasi dan ethosentris
Prasangka Diskriminasi
Ethosentris
1.3. Ethosentris
Etnosentris ( dalam bhs Indonesia ) adalah kecenderungan sikap Individu yang merasa cara hidup/ budaya mereka lebih superior dan beradab dari yang lainnya. Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri.
Etnosentris ( dalam bhs Indonesia ) adalah kecenderungan sikap Individu yang merasa cara hidup/ budaya mereka lebih superior dan beradab dari yang lainnya. Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri.
Ethnosentrisme dan Stereotype Perasaan dalam dan luar kelompok
merupakan dasar untuk suatu sikap yang disebut dengan ethnosentrisme.
Anggota dalam lingkungan suatu kelompok , punyai kecenderungan untuk
menganggap segala yang termasuk dalam kebudayaan kelompok sendiri
sebagai utama, baik riil, logis, sesuai dengan kodrat alam, dan
sebagainya, dan segala yang berbeda dan tidak masuk ke dalam kelompok
sendiri dipandang kurang baik, tidak susila, bertentangan dengan
kehendak alam dan sebagainya. Jecenderungan-jecenderungan tersebut
disebut dengan enthosentrisme, yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur
kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan
sendiri.
Sikap enthosentrisme ini diajarkan kepada anggota kelompok baik secara
sadar maupun secara tidak sadar, bersama dengan nilai-nilai kebudayaan.
Sikap ini dipanggil oleh suatu anggapan bahwa kebudayaan dirinya kebih
unggul dari kebudayaan lainnya. Bersama itu pula ia menyebarkan
kebudayaannya, bila perlu dengan kekuatan atau paksaan.
Proses diatas sering dipergunakan stereotype, yaitu gambaran atau anggapan ejek. Dengan demikian dikembangkan sikap-sikap tertentu, misalnya mengejek, mengdeskreditkan atau mengkambinghitamkan golongan-golongan tertentu. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi seseorang atau golongan yang bercorak nnegatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Proses diatas sering dipergunakan stereotype, yaitu gambaran atau anggapan ejek. Dengan demikian dikembangkan sikap-sikap tertentu, misalnya mengejek, mengdeskreditkan atau mengkambinghitamkan golongan-golongan tertentu. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi seseorang atau golongan yang bercorak nnegatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Dalam melakukan penilaian mengenai sesuati, seseorang cenderung
menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub, seperti kaya miskinm rajin
malas, pintar bodoh. Kecenderungan menyederhanakan secara maksimal ini
disebabkan individu lebih mudah melakukan hal ini dari pada melakukan
penilaian secara majemuk. Dengan demikian stereotype bukan saja suatu
kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan
pemukulrataan secara berlebihlebihan. Penyederhanaan dan pemukul rataan
mengandung stereotype, sehingga merupakan dasar dari prasangka.
4. Golongan - Golongan yang berbeda dan Integrasi SosialIntegrasi Nasional
0 komentar:
Posting Komentar