1. Fungsi Agama
Fungsi Agama dalam Masyarakat
Ada beberapa
alasan tentang mengapa agama (fungsi agama) itu sangat penting dalamkehidupan
manusia, antara lain adalah :
- Karena agama merupakan sumber moral
- Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
- Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
- Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupundi kala duka.
Manusia
sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui
apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
“ Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu
apa-apa. Diamenjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi
sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.”
Dalam
keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macamgodaan
dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan dari
dalamdiri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
- Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan yang menurut istilah Al - Gazali dalam bukunyaihya ulumudin disebut dengan maklak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah atau kebaikan.
- Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yangmenurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatanyang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah
letak fungsi agama dalam
kehidupan manusia, yaitu membimbing manusiakejalan yang baik dan menghindarkan
manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Dari segi
pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan olehfungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu
berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup.Tetapi dari segi sains sosial,
fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yangdihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama
dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia senantiasa memberi penerangan
mengenai dunia (sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia didalam
dunia. Penerangan bagi perkara ini sebenarnya sukar dicapai melalui indra
manusia,melainkan sedikit penerangan dari falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan
kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus
menaati AllahSWT.
- Menjawab pelbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian
persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan persoalan
yangtidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya persoalan
kehidupan sesudah mati, matlamatmenarik dan untuk menjawabnya adalah perlu.
Maka, “fungsi agama”
menjawab persoalan-persoalan
ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama
merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah keranasistem
agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, malah
tingkahlaku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
- Fungsi sosial
Kebanyakan
agama di dunia adalah menyeru kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendirisebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka inidikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Secara
sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan
pengaruh yang bersifatnegatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan
memecah-belah (desintegrative factor).Pembahasan tentang fungsi agama disini
akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagaifaktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat.
Peranan
sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakatmaupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka. Hal inidikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban
sosial didukung bersamaoleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin
adanya konsensus dalammasyarakat.
Menurut Roland
Robertson (1984) dimensi agama terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
Dimensi keyakinan mengandug
perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akanmenganut pandangan
teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajarantertentu.
Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan
untuk melaksanakan komitmen agama secra nyata. Ini menyangkut hal
yang berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius
formal, perbuatanmulia,
berbakti tidak bersifat formal, tidak bersifat publik dan relatif spontan.
Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu
orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan
yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungandengan
suatu perantara yang supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.
Dimensi
pengetahuan dikaitkan
dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikapreligius akan memiliki
informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacarakeagamaan, kitab suci, dan
tradisi-tradisi keagamaan mereka.
Dimensi konsekuensi dari komitmen religius
berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
2. Pelembagaan Agama
Tiga Tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan
tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K.
Nottingham, 1954), yaitu:
Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakralMasyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara tertentu.
Masyarakat- masyarakat industri sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Pelembagaan Agama
Agama
begitu universal, permanen (langgeng) dan mengatur dalam kehidupan, sehingga
bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Agama melalui
wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi
kebutuhan mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya
tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang
memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan
dan menjadi sesuatu yang rutin.
Agama
menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan fenomena
yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja,
yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah organisasi
keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang semula terbentuk dari
pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi
organisasi kegamaan yang terlembaga.
Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola
ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi
atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat adanya kedalaman beragama,
dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas,
produksi, pendidikan dan sebagainya.
3. Agama, Konflik, dan Masyarakat
Contoh-Contoh dan Kaitannya Tentang Konflik dalam Agama dan Masyarakat
Terdapat beberapa aspek agama yang membuatnya rentan menjadi sumber konflik. Semua agama memiliki apa yang diterima mereka, atau keyakinan, bahwa para pengikut harus menerima tanpa pertanyaan. Hal ini dapat menyebabkan kaku dan intoleransi dalam menghadapi keyakinan lainnya.
Konflik bisa timbul atas interpretasi mana yang benar adalah, konflik yang akhirnya tidak dapat diselesaikan karena tidak ada wasit . Pemenang umumnya adalah interpretasi yang menarik pengikut yang paling. Namun, para pengikut juga harus termotivasi untuk bertindak. Meskipun, hampir selalu, sebagian besar agama apapun memiliki pandangan moderat, mereka sering lebih puas, sedangkan ekstrimis yang termotivasi untuk membawa interpretasi mereka atas kehendak Allah membuahkan hasil.
Agama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Menurut Afif Muhammad : Agama acap kali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda”. Sebagaimana yang disinyalir oleh John Effendi yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan dan persaudaraan. Namun pada waktu yang lain menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang-garang menyebar konflik, bahkan tak jarang, seperti di catat dalam sejarah, menimbulkan peperangan.
Sebagaiman pandangan Afif Muhammad, Betty R. Scharf juga mengatakan bahwa agama juga mempunyai dua wajah. Pertama, merupakan keenggaran untuk menyerah kepada kematian, menyerah dan menghadapi frustasi.
Kedua, menumbuhkan rasa permusuhan terhadap penghancuran ikatan-ikatan kemanusiaan. Fakta yang terjadi dalam masyarakat bahwa “Masyarakat” menjadi lahan tumbuh suburnya konflik. Bibitnya pun bias bermacam-macam. Bahkan, agama bias saja menjadi salah satu factor pemicu konflik yang ada di Masyarakat itu sendiri.
Sumber :
Nurul Dini Indriyani
1KA27
15112529
0 komentar:
Posting Komentar